Global Dialogue edisi 6.4
Edisi ini berlanjut menoleh ke belakang dan memandang ke depan, melakukan refleksi terhadap enam tahun terakhir Dialog Global, dan ayunan dari gerakan sosial yang bergelora – Indignados, Pendudukan (Occupy), Reformasi Arab (Arab Spring), dll. – ke gerakan kaum kanan yang telah menegakkan rezim-rezim otoriter di Mesir, Turki, Polandia, Hongaria, Filipina, Argentina, dan Brasil. Kecenderungan global ini untuk sebagian dapat ditelusuri ke badai kapitalisme internasional yang menggilas negara-bangsa, menyedot otonomi pemerintahan dan mendiskreditkan politik
pemilihan yang resmi, menuju ke populisme kanan maupun kiri – walaupun semakin condong ke kanan. Oleh sebab itu sudah tepatlah bahwa kami membuka edisi ini dengan sebuah wawancara dengan Anthony Giddens, teoritisi dan pakar publik mengenai apa yang pernah disebutnya sebagai pendorong globalisasi. Dengan jubah politiknya sebagai anggota House of Lordsia terus memperjuangkan isu-isu yang menjadi kepeduliannya sebagai seorang sosiolog – isu-isu seperti perubahan iklim dan implikasi era digital.
Sisi bawah globalisasi nampak terwujud dalam nasib Syriza, gerakan yang hampir membuat Uni Eropa bertekuk lutut, tetapi pada akhirnya, dengan pemutarbalikan tenaga, menjadikan Yunani bertekuk lutut. Di sini kami menerbitkan lima artikel yang menceritakan konsekuensi buruk dari penghematan
yang dikenakan Uni Eropa pada Yunani, dengan membawa kemiskinan tak terhingga terhadap Yunani, tetapi juga kekayaan tak terhingga bagi kelas-kelas atasnya. Di Amerika Latin, sebagai reaksi terhadap negara demokrasi sosial selama satu dekade atau lebih – apa yang dinamakan pink tide[gelombang pasang merah muda, merujuk pada gerakan sosial kaum kiri Amerika Latin] – negara
demi negara takluk pada pergeseran ke kanan. Di sini kami menerbitkan tiga artikel mengenai angin perubahan seperti yang tercermin dalam perjuangan di sekitar aborsi. Protes inovatif telah menyebabkan bentrokan dengan negara di Argentina, Meksiko dan Peru. Yang khususnya menarik adalah perjuangan mengenai penggunaan obat-obatan biasa untuk menghindari atau mencegah
kehamilan.
Kami memiliki tiga perspektif mengenai nasib ilmu sosial Arab. Diskusi dipicu oleh laporan pertama mengenai keadaan disiplin, yang ditulis oleh Mohammed Bamyeh. Dia memulai simposium dengan suatu esai ringkasan, diikuti oleh desakan Seteney Shami mengenai pentingnya mengubah infrastruktur ilmu sosial. Idriss Jebari mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis mengenai
implikasiArab Springdan kesudahannya, meningkatkan kemungkinan bahwa Arab Springterus memberikan vitalitas dan arah baru untuk ilmu sosial.Kami menerbitkan suatu ekstrak dari suatu wawancara dengan sosiolog terkenal, George Ritzer, dilakukan oleh Labinot Kunushevci, seorang sosiolog yang muda dan giat dari Kosovo. Edward Tiryakian menawarkan kepada kita sekilas ke masa lalu dengan kenangannya mengenai kongres-kongres ISA mulai dari tahun 1974. Kami mengakhiri dengan memperkenalkan tim editor Jepang yang dipimpin oleh Satomi Yamamoto yang mengilhami mahasiswa-mahasiswanya untuk mengabdikan diri pada gairah penerjemahan. Dalam hubungan ini, saya dengan senang hati mengumumkan peresmian bahasa Global Dialogueyang ke-17 – Bahasa Bengali – diselenggarakan oleh suatu tim sosiolog yang antusias yang menetap di Dhaka (Bangladesh) dan dipimpin oleh Habibul Khondker.
Lebih detil : http://isa-global-dialogue.net/wp-content/uploads/2016/12/v6i4-indonesian.pdf
Kontak
Jurusan Sosiologi FISIP UGM
Sosio Yustisia 2, Yogyakarta
E. sekretariat@isi-sosiologi.org
@. Facebook/ISISosiologi
@. Twitter/ISISosiologi
Keanggotaan
Registrasi formulir keanggotaan Ikatan Sosiologi Indonesia (ISI) melalui form